Ribuan Umat Buddha dari Dalam dan Luar Negeri Antusias Ikuti Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) dan Āsālha Mahāpūjā 2569/2025
Magelang — Suasana khidmat dan penuh kekhusyukan menyelimuti kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada perayaan Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) dan Āsālha Mahāpūjā tahun Buddhis 2569 atau 2025 Masehi. Ribuan umat Buddha tidak hanya dari berbagai penjuru Indonesia, tetapi juga dari mancanegara, tampak hadir dengan penuh antusias untuk mengikuti rangkaian acara sakral ini.
Kegiatan spiritual tahunan ini menjadi momentum penting bagi umat Buddha untuk memperdalam ajaran Dhamma melalui pembacaan dan pengulangan syair-syair suci dari Tipitaka, kitab suci agama Buddha. Suasana makin terasa sakral dengan latar megah Candi Borobudur yang menjadi saksi bisu pelafalan syair-syair suci yang bergema di kawasan candi warisan dunia itu.
Suasana Penuh Kekhusyukan dan Kebersamaan
Sejak pagi, ribuan umat sudah memadati area candi, mengenakan pakaian serba putih sebagai lambang kesucian dan tekad menjalani sila. Kegiatan dimulai dengan prosesi pradaksina, yakni berjalan mengelilingi candi sambil melantunkan paritta-paritta suci. Umat berjalan dengan tertib dan penuh konsentrasi, menciptakan pemandangan yang menyejukkan hati.
Selama tiga hari pelaksanaan ITC, para peserta secara bergantian membaca syair-syair dari Tipitaka dalam Pali, yang diyakini sebagai salah satu cara untuk menjaga kemurnian ajaran Buddha. Tidak hanya umat awam, para bhikkhu Sangha dari Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, hingga negara-negara Barat juga turut serta memimpin pembacaan paritta.
“Ini adalah pengalaman spiritual yang luar biasa. Saya merasa damai dan bersyukur bisa hadir di acara ini, apalagi dilakukan di Borobudur yang sarat nilai sejarah dan spiritual,” ujar salah seorang peserta dari Thailand.

Puncak Acara: Āsālha Mahāpūjā
Puncak acara berlangsung pada malam hari dengan peringatan Āsālha Mahāpūjā, yang mengenang hari bersejarah ketika Buddha pertama kali membabarkan Dhammacakkappavattana Sutta di Taman Rusa Isipatana kepada lima petapa. Momen ini menjadi awal roda Dhamma berputar dan menjadi tonggak awal penyebaran ajaran Buddha ke seluruh dunia.
Pada kesempatan itu, para bhikkhu memimpin meditasi bersama dan pembacaan sutta utama, sementara umat duduk bersila dalam keheningan, menyalakan lilin dan pelita sebagai lambang penerangan batin. Cahaya lilin yang berpendar di malam hari menambah suasana syahdu di pelataran candi.
Peserta Mancanegara dan Makna Persaudaraan Umat Buddha
Acara ITC dan Āsālha Mahāpūjā tahun ini semakin istimewa dengan kehadiran peserta dari lebih dari 15 negara, di antaranya Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Kamboja, Malaysia, Singapura, Australia, hingga Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan eratnya persaudaraan umat Buddha lintas negara dan semangat menjaga warisan ajaran Buddha Gautama.
“Borobudur adalah simbol persatuan umat Buddha dunia. Kami merasa seperti pulang ke rumah spiritual kami,” tutur Bhikkhu senior asal Sri Lanka.
Makna dan Harapan
Para panitia berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi juga dapat mempererat kebersamaan, memperkuat praktik Dhamma, serta memotivasi umat untuk mengamalkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga dengan chanting dan peringatan Āsālha Mahāpūjā ini, kita semua diberkahi kedamaian, kebahagiaan, dan pencerahan,” ungkap salah satu panitia.